Jumat, 08 April 2011

S U R G A

ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan, apa lagi yang bisa aku lakukan selain berdamai dengan kenyataan.

ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan apalagi yang bisa aku lakuakn selain berfikir positif dan tetap berusaha bertindak arif.

aku tidak mau banyak.. aku hanya mau SURGA
dan aku tahu SURGA itu mahal harganya
surga bukanlah tempat yang bisa ditempuh dengan sekali jalan, ongkos yang sedikit dan bekal yang seadanya.

aku cuma mau surga..

Minggu, 03 April 2011

Ketika Rasa Malas Menyerang Diri

Sabtu, 02/04/2011 15:07

Oleh Syaripudin Zuhri

Terkadang si Amat, sebut saja begitu namanya, mau mengerjakan apa saja malasnya bukan main, mau olah raga malas, takut keringatan nanti bau! Mau kemping malas, nanti kesasar di jalan. Mau belajar kursus apa gitu, juga malas. Habis waktunya malam sih, sudah lelah duluan habis kerja seharian. Mau ngaji juga malas, baru berapa ayat sudah jatuh terlelap di bangku! Mau nulis di Internet, sekedar berbagi kepada kawan-kawan di dunia maya, juga malas! “Ngapain nulis, di blog sudah banyak yang nulis, bahkan semua yang ngeblog, biasanya yang nulis, lalu siapa yang baca?” Begitu pikir si Amat, jadi dianya tambah malas nulis.

Begitu juga dengan si Amit (nama rekaan) mahasiswa yang lagi malas-malasnya, padahala baru saja tingkat pertama, eh penyakit malasnya kambuh! Penyakit malas sejak SMA dulu, maunya hura-hura terus! Mau kerja apa saja malas, apa lagi belajar atau membaca buku, susahnya minta ampun! Si Amat baru giat bila buka komputer… Untuk main game! Coba waktu itu di SMA, ketika menjelang ujian SMA, yang dibaca di Internet bukan materi yang berhubungan dengan pelajaran, yang dibaca email dan chatingan dengan teman-temannya di dunia maya.

Nah penyakit itu masih dibawa sampai dia kuliah, padahal kuliah itu bukan lagi seperti anak-anak ketika di SMP atau di SMA yang masih “disuapin” terus oleh gurunya, mahasiswa itu harus mandiri dan belajar sendiri mencari materi-materi yang berhubungan dengan mata kuliah yang sedang diambilnya, bukan malahan main game atau bersantai-santai dan baru belajar ketika masuk semesteran, maka lahirlah apa yang disebut SKS (Sistem Kebut Semalam!) Kalau begitu caranya, ya apa bedanya ketika si Amit di SMA dulu, tak ada perubahan! Si Amit tetap malas-malasan belajarnya, malas-malasan kuliahnya.

Lain lagi dengan X, kita sebut saja begitu, Mahasiswi tingkat dua pada sebuah fakultas yang beken di Ibu Kota, juga punya penyakit yang sama, seprti si Amat dan si Amit, penyakit malas. Iya malas ngapain-nggapain, Dewi malas baca dikatat, malas ke perpustakaan, malas kuliah, sebal ngeliatin dosennya yang itu-itu juga, malas membantu orang tua, apa lagi membantu ibu di rumah memasak, ”wah mau muntah mencium bumbu-bumbunya,” katanya bersemangat. Diskusi dengan teman-teman di kampus, dia juga tak mau, “malas” katanya!

Dan mungkin banyak sekali orang yang dihinggapi rasa malas tersebut, kebanyakan manusia memang inginnya, ya berleha-leha, ingin santai, ingin rileks dan inginya “tidur-tiduran” saja atau ingin duduk di kursi malas, sambil minum kopi tubruk membaca koran di beranda rumah.

Wah pokonya yang enek-enak saja, sementara hidup itu tidak seenak yang dibayangkan. Banyak sekali masalah yang timbul dalam hidup dan kehidupan ini yang mesti diselesaikan. Dan itu bukan hanya menimpa atau mengena orang-orang yang memang berkerja sebagai pimpinan, baik pimpinan tingkat paling rendah di pemerintahan, seperti kepala Desa atau Lurah samapai ke tingkat paling tinggi di pemerintahan yaitu seorang Presiden!

Dan persolan juga buka hanya menimpa orang-orang miskin yang untuk mencari ”sesuap dua suap nasi”-saja susahnya bukan main. Begitu juga orang-orang yang sedang mencari pekerjaan alias pengangguran, sudah mencoba mencari ke sana ke mari, ngelamar kerjaan ke berbagai perusahaan, mengirim lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan, bukan hanya satu-dua lamaran pekerjaan, bukan hanya sepuluh dua-puluh lamaran pekerjaan, tapi ratusan bahakan mungkin ribuan lembar surat lamaran pekerjaan yang sudah dikirimkan, satupun tak ada jawaban! Jika adapun, hanya pemberitahuan “MAAF, TAK ADA LOWONGAN PEKERJAAN”

Iya, mencari pekerjaan bagitu sulitnya di tengah-tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan sekarang ini. Dan seandainyapun diterima pekerjaan, itu hanya menjadi pegawai kontrakan yang hanya enam bulan saja, itupun masih harus “memberi sesuatu” pada pihak ketiga sebagai perantara, sebuah yayasan yang menjadi perantara pekerja dengan perusahaan!

Aneh, ngelamar pekerjaanpun harus pakai perantara, padahal pihak pencari kerja bisa datang sendiri ke perusahaan yang dituju, namun entah peraturan dari mana, sekarang ini sebuah perusahaan baru mau menerima pekerja via sebuah yayasan, ada apa ini?

Sesuatu yang semula mudah, sekarang ditambah lagi dengan jalur birokrasi melalui sebuah yayasan penyalur tenaga kerja! Sehingga sang pencari kerjapun akhirnya dibuat malas dengan sistem yang ada! Ya pengangguran menjadi tambah banyak dengan sistem sekarang ini dan pekerjapun seperti sapi perah yang tak punya hak bersuara!

Mereka hanya bekerja, bekerja dan bekerja, padahal nasib mereka seperti berada di ujung tanduk, karena kapanpun sang majikan, dalam hal ini penguasa, dapat memecatnya, sang pekerja hanya bisa gigit jari, tak bisa menuntut ke mana-mana. Dan kalaupun dituntut sang majikannya, bisa menjadi pihak pengusaha yang akan menang di ”meja hijau”.

Bagitu juga yang sudah bekerja dan banyak orang yang sudah bekerja menjadi tambah malas, padahal sebelum bekerja atau ketika sedang mencari pekerjaan begitu bersemangat dan mengapa setelah bekerja, apa lagi setelah bekerja di tempat yang sama dalam hitungan tahunan, penyakit malas menjadi bertambah-tambah, makanya adalah istilah ”monday syndrome” Situasi yang membuat malas, ketemu hari Senin, karena Senin adalah hari pertama bekerja atau hari pertama kuliah atau sekolah.

Lalu bagaimana mengatasinya? Bagaimana mencari solusi dari penyakit malas tersebut? Saya kemukan cara-cara berikut ini, semoga bermanfaat:

1. Allahumma Paksain.

Ini terdengar seperti main-main, lucu! Kok berdoa seperti? Ya Allah … paksakan! Ya itulah doa yang tak ada dalam Al-Qur’an atau hadist, tapi bisa mujarab! Kok bisa? Mari kita coba, ketika anda bangun tidur, apa lagi lagi dingin-dinginnya musim dingin di Rusia, wah bisa-bisa alasan untuk tidak sholat subuh bertambah-tambah. Dalam selimut tebal dan dengan penghangat ruangan, karena di luar suhu mencapai minus 25 C!

Bisa anda bayangkan betapa mengigilnya bila di luar dan di dalam kamar selimut tebal menghangatkan badan, adzan subuh tak terdengar, memang tak ada adzan jauh dari Masjid, maka bertambah alasan untuk tidak bangun sholat subuh!

Lalu bagaimana caranya? Ya itu tadi, “Allahumma paksain!” Singkirkan selimut, jika perlu lompat dari tempat tidur, bangun! Paksakan untuk bangun dan minta pertolongan pada Allah agar dibangunkan!

Mengapa untuk sholat subuh bangun saja susah? Karena sholat subuh disaksikan malaikat dan ada pengiring sholat subuh, yaitu sholat fajar dua rokaat, atau sholat qobliyah subuh, sholat yang satu ini tak pernah ditinggalkan Rosulullah SAW, karena menurut beliau ganjarannya melebihi luasnya langit dan bumi, karena sangat besarnya pahala yang diberikan, maka tantangnyapun berat! Yaitu tadi, susah sekali bangunnya, perlu pemaksaan diri untuk bangun!

2. Bersyukur Banyak Pekerjaan

“Apa-apain sih, banyak pekerjaan kok di suruh bersyukur?” Mungkin ada yang berpendapat itu. “Orang sudah lelah dengan berbagai macam pekerjaan, eh malah di suruh bersyukur, ada-ada saja!” Mungkin ada juga yang komentar demikian.

“Malas ah… orang lagi pusing mikirin banyak kerjaan, eh pakai disuruh bersyukur lagi, macem-macem saja!” Mungkin B protes begitu.

“Au ah. Capek-capek nih kerjaan numpuk!” si C ngamuk-ngamuk, karena di mejanya kerjaan bertumpuk-tumpuk!

“Sana nyingkir jauhan, gue lagi sibuk nih, pekerjaan gue banyak banget!” Kata si D ketika temanya mendekati mau diajak jalan-jalan.

Wah pakoknya anda bisa menemukan kalimat itu sebanyak-banyaknya, baik yang bekerja di kantor-kantor pemerintah, BUMN atau BUMS, juga yang bekerja di sektor-sektor lainnya. Banyak sekali yang mungkin saja putus asa karena diserbu oleh pekerjaan yang sedemikian banyaknya. Lalu bagaimana menghadapinya, solusinya? Ya bersyukur!

Kenapa haru bersyukur dengan pekerjaan yang banyak atau bertumpuk-tumpuk? Alasanya:

  1. Alhamdulillah, anda masih punya kerjaan, coba lihat di luar sana, berapa banyak orang yang menganggur, bukan ribuan orang tapi jutaan orang menganggur di Indonesia! Bayangkan… betapa banyak orang yang menganggur dan anda sekarang sedang bekerja, apa bukan kebahagiaan namanya? Apa bukan nikmat Allah namanya? Maka syukurilah ketika anda banyak pekerjaan.
  2. Alhamdulillah, dengan banyak pekerjaan pahala anda akan semakin bertambah, karena pekerjaan adalah ibadah. Apa lagi kalau yang bekerja adalah bapak-bapak. Sebagai kepala keluarga seorang bapak adalah wajib mencari nafkah untuk anak istrinya, seorang bapak wajib bekerja untuk keluarganya. Bukankah pengertian hukum wajib adalah fikih berarti sesuatu yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan kalau ditinggalkan malah berdosa! Jadi otomatis bila anda bekerja, apa lagi pekerjaannya banyak ya pahalanya juga bertumpuk-tumpuk!
  3. Alhamdulillah, anda berkerja, karena bekerja juga adalah ibadah, bekerja adalah rasa syukur yang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT dan para malaikatnya menjadi saksi ketika anda bekerja karena Allah, lillahi ta’ala! Bekerja adalah ibadah, dengan motovasi tersebut semoga anda semakin giat bekerja!

3. Bahagialah!

Apapun yang anda kerjakan bahagialah, syukurilah. Karena dengan bekerja selain mendapat hasil berupa uang, kerjaan juga menghasil sesuatu di luar materi! Orang yang mempunyai pekerjaan akan bahagia, dia sudah bisa mengaktualisasikan dirinya dihadapan manusia lain. Orang bekerja akan bahagia, energi, akal, pikiran, perasaannya ikut bersatu padu membentuk sebuah keharmonisan karya Illahi yang ada pada dirinya.

Orang yang berkerja yakin akan kebahagiaan hidup yang telah dijanjikan olehNya, apa lagi bekerja pada tempat yang halal. Coba anda bayangkan selain anda mendapat materi, anda juga mendapat kebahagiaan dan mendapat pahala dariNya? Coba apa yang kurang?

Nah berhentilah mengeluh banyak pekerjaan, berhentilah mengeluh mendapat pekerjaan yang menumpuk, berhentilah mengeluh “disuguhi” atasan pekerjaan semeja! Sambutlah dengan senyuman, katakanlah “Alhamdulillah rezeki datang lagi!” Sambutlah dengan kebahagiaan, katakanlah ”Alhamdulillah pahala datang lagi!” Ayo senyum… tuh lihat pekerjaan datang lagi, Alhamdulillah!

copas, ahad 3 April 2011

http://www.eramuslim.com/oase-iman/syaripudin-zuhri-ketika-rasa-males-menyerang-diri.htm

Bahagiakah?

Minggu, 03/04/2011 07:19

Oleh Dinar Zul Akbar

Ada yang bilang kebahagiaan itu dari berasal dari hati. Ada juga yang berpendapat bahwa bahagia itu dapat dibeli. Atau bahkan ada juga yang bilang bahwa bahagia itu hanya untuk dirasakan bukan untuk dikonsep. Ah makin bingung saja saya mengenai BAHAGIA itu.

Apakah bahagia itu? Apakah di saat kita bergelimangan harta sedangkan orang lain kesusahan? Apakah di saat kita sehat sedangkan yang lain sakit tak berkesudahan?Apakah di saat kita berhasil sementara orang lain berkesulitan?

Beberapa waktu lalu ada salah seorang saudara saya, yang menyatakan bahwa ia bahagia ketika berhasil lulus SNMPTN dan masuk keperguruan tinggi yang ia cita-citakan. Dalam hati saya berpikir, apakah ini kebahagiaan itu? Ketika kita lulus ujian, seperti halnya kita SD ikut General Test kemudian masuk SMP pilihan kita. Kemudian SMP hingga SMA, dan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Atau mungkin lulus ketika test mencari pekerjaan nanti. Lantas bagaimana dengan proses setelah test itu kita lewati?

Apakah kita selalu bahagia ketika kita berada di jenjang SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, hingga dunia kerja nanti? Akan tetapi sepertinya kenyataan tidak menunjukkan seperti itu.

Sekali lagi, apakah ini bahagia itu? Kebahagiaan yang sesaat (atau mungkin sesat kali ya) temporer, seperti halnya kita minum dan makan, ketika kita haus dan lapar lalu berulang dan terus berulang lagi.

Ada sebuah istilah di dalam dunia perfilman yaitu Happy Ending (Akhir Yang Bahagia). Tetapi sekali lagi, entah mengapa saya sedikit tergelitik mendengar istilah tersebut. Apakah bahagia itu selalu datangnya di saat-saat terakhir? Dalam hati apakah bahagia itu seperti pahlawan-pahlawan di dalam film Action Heroes? Yang mereka selalu datang terlambat! Kalau seperti itu, bisa jadi kita bahagia nanti pada saat kita sudah menjadi kakek atau nenek (Kalau umur kita panjang tentunya). Lantas bagaimana kita menikmati kebahagiaan itu. Kalau ternyata umur kita tinggal sedikit lagi untuk menikmati hal tersebut.

Ada juga istilah senang. Entah apakah sama antara senang dan bahagia itu? Kalau kita perhatikan ucapan dalam sebuah pesta pernikahan. Hampir rata-rata tertulis dikartu ucapan tersebut adalah sebuah kalimat SELAMAT BERBAHAGIA. Coba kita ganti dengan istilah senang, menjadi SELAMAT BERSENANG-SENANG. Mungkin anda akan tertawa sedikit atau minimal tersenyum manis membaca ucapan tersebut. Walaupun tidak ada yang salah dengan ucapan tersebut. Karena memang sepasang pengantin tersebut mereka akan “Bersenang-senang”.

Seketika saya ingat sebuah ucapan dari seorang filsuf atau sufi Imam Al Ghazali, mengenai kebahagiaan. Beliau mengatakan bahwa Bahagia itu ketika kita sudah ditingkat Ma’rifatullah (Mengenal Allah). Seperti halnya perasaan seorang rakyat kecil yang berkenalan dengan pejabat kelurahan, maka ia akan bertambah rasa bahagianya ketika ia berkenalan dengan camat, walikota, gubernur, bahkan presiden atau jabatan-jabatan yang dianggap tinggi. Maka bagaimana tidak bahagianya kita jika kita sudah dapat mengenal Raja dari Segala Raja di dunia ini yakni Allah SWT.

Ketika kita telah melewati tahap Syariah, Thoriqoh, dan Haqiqoh hingga Ma’rifah. Maka kita akan menerima segala sesuatu yang telah diberikan oleh Allah SWT dengan lapang dada. Karena memang hidup ini permasalahan (penuh ujian) yang tidak akan pernah berhenti. Dalam melaksanakan konsep bahagia ini, memang agak sulit untuk direalisasikan. Karena memang PERJUANGAN (dalam mencapai kebahagiaan) adalah PELAKSANAAN KATA-KATA (WS Rendra).

Walau ditimpa berbagai macam parahnya ujian kehidupan ini. Jikalau kita mengenal Allah maka kita akan merasa bahwa kita akan mendapati kebahagiaan itu. Karena kita qonaah (baca: menerima) terhadap segala iradah Allah SWT. Seperti halnya banyak kita jumpai orang yang miskin secara ekonomi di pelosok-pelosok desa akan tetapi hidup mereka bahagia, karena mereka memang menerima dan tidak mengeluh dengan keadaan mereka. Berbeda dengan manusia-manusia rakus yang bergelimangan harta karna menipu rakyat, yang bisa membeli segala sesuatu dengan uangnya, hidup mereka pun tidak-lah se-bahagia yang orang lain bayangkan.

Inilah ciri unik dari orang-orang beriman apabila ia ditimpa ujian maka ia bersabar, dan apabila diberi nikmat maka ia akan bersyukur. Dan inilah juga yang merupakan ciri utama dari orang-orang yang telah mengenal Allah SWT dalam hidupnya.

Sungguh di dalam hati saya pun, berat rasanya mencapai kebahagiaan itu. Mungkin sedikit tulisan ini agar dapat bermanfaat dan memacu saya untuk dapat meraih rasa bahagia tersebut. Maka sekarang mungkin saya akan sedikit mencoba bertanya kepada anda sekalian. APAKAH ANDA BAHAGIA?

**copas hari ahad, 3 april 2011

http://www.eramuslim.com/oase-iman/dinar-zul-akbar-bahagia-kah.htm